Tuai Pro Kontra, Wolbachia Dipastikan Aman untuk Bontang

AksaraKaltim – Maraknya isu soal nyamuk Wolbachia yang menuai pro kontra membuat Dinas Kesehatan (Dinkes) Bontang angkat bicara.

Kepala Dinkes Bontang, drg Toetoek Pribadi Ekowati tidak menampik jika penyebaran bibit nyamuk Wolbachia di Kota Bontang sempat menuai pro kontra. Terlebih saat ini program itu tengah ramai diperbincangkan.

“Kalau ditanya isu saat ini, sama seperti covid dulu pro kontra pasti ada. Itulah tugas kami memberikan edukasi kepada warga, sehingga mereka paham. Agar tercapai mutu kesehatan yang optimal,” terangnya,  Selasa (21/11/2023).

Kata dia, persoalan ini sama seperti awal mula vaksin Covid-19 dulu. Setelah masyarakat diberikan pemahaman akhirnya mereka mengerti.

“Awalnya, tidak semua warga setuju. Hal ini dipahami dan dianggap sebagai kontrol mereka dalam bekerja. Itu tadi setelah diedukasi akhirnya mereka paham,” ujarnya.

Dijelaskannya, uji coba nyamuk Wolbachia sudah sejak tahun 2011 silam. Dengan tenggat waktu yang sangat lama tersebut tentunya nyamuk Wolbachia telah teruji secara penelitian.

Di Indonesia sistemnya adalah dengan metode pergantian. Di mana nyamuk jantan dan betina Wolbachia dilepaskan ke alam, sehingga menggantikan nyamuk DBD.

Karena secara alami nyamuk Wolbachia akan kawin dengan nyamuk DBD. Sehingga bibit nyamuk yang akan dilahirkan mengandung Wolbachia dan tidak mengandung virus DBD.

Uji coba pertama kali adalah Yogyakarta dan diklaim mampu menekan kasus sebanyak 77 persen DBD di kota dan di rumah sakit sebanyak 86 persen.

“Jadi untuk saat ini sudah bukan lagi uji coba karena telah teruji. Di beberapa negara juga sudah menerapkan dan hasilnya diakui WHO,” jelasnya.

Diketahui pada September lalu Kecamatan Bontang Utara menjadi lokasi penyebaran nyamuk Wolbachia pertama di Bontang.

Satu ember itu berisikan sebanyak 250 telur. Begitu pula setelah tumbuh nyamuk itu akan berkembang biak. Total ada 4.911 titik yang tersebar di 15 kelurahan di Bontang. Jarak radius paling tidak berjarak 75×75 meter.

Sementara untuk Kecamatan Bontang Selatan dan Bontang Barat akan menyusul dalam waktu dekat ini.

“Kami baru selesai sosialisasi sama pihak kecamatan dan kelurahan. Sebelum melakukan rilis,” bebernya.

Koordinator Layanan dan Sarana Penelitian Pengembangan dan Pengkajian, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit Salatiga, Lulus Susanti menegaskan sampai sekarang tidak ada kasus atau efek samping dari gigitan nyamuk Wolbachia.

Kata dia, di Yogyakarta untuk memberi makan nyamuk yang tengah dilakukan uji coba adalah dengan umpan darah manusia.

Kata Lulus, bahkan beberapa orang penting di Yogyakarta pun pernah melakukan umpan darah terhadap nyamuk Wolbachia. Sampai sekarang tidak menimbulkan dampak apa-apa.

“Kasih makan nyamuk Wolbachia pakai umpan darah. Jadi tangan dimasukkan ke tempat nyamuk tersebut. Sultan Yogyakarta juga pernah melakukan itu. Alhamdulillah sampai sekarang sehat. Pernah juga dilakukan penelitian bagi yang pernah umpan darah, dalam darah mereka Wolbachia tidak berkembang,” paparnya.

Print Friendly, PDF & Email