AksaraKaltim – 10 daerah di Indonesia tercatat mengalami suhu panas mencapai 37,2 derajat celcius. Hal ini disampaikan oleh Peneliti iklim Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Siswanto.
Siswanto mengatakan, 10 stasiun meteorologi di Indonesia mencatat suhu maksimum udara permukaan di atas 35 derajat celcius sejak 15 April 2023. Berdasarkan catatan BMKG, dalam sekitar lima hari terakhir, suhu tertinggi tercatat di Balai Besar BMKG Wilayah II, Ciputat, yaitu 37,2 derajat celcius pada 17 April 2023.
Siswanto menjelaskan, suhu 35-37,5 derajat celcius pada siang hari di Indonesia terbilang normal dan belum masuk kategori gelombang panas.
”Memang suhu dapat terasa lebih panas dan terik dari biasanya, tetapi belum ekstrem di atas 40 derajat celcius,” ujar Siswanto.
Adapun 10 daerah dengan suhu panas tertinggi di Indonesia adalah sebagai berikut:
1. BMKG Wilayah II (Tangerang Selatan, Banten): 37,2 derajat (17 April 2023).
2. Stasiun Meteorologi Pangsuma (Putussibau, Kapuas Hulu, Kalbar): 36,6 derajat celsius (18 April 2023).
3. Stasiun Meteorologi Nanga Pinoh (Melawi, Kalbar): 36,5 derajat celcius (18 April 2023).
4. BMKG Wilayah I (Medan): 36,5 derajat celcius (15 April 2023).
5. Stasiun Meteorologi Tebelian (Sintang, Kalbar): 36,3 derajat celcius (18 April 2023).
6. Stasiun Meteorologi Tarempa (Natuna, Kepri): 36,2 derajat celsius (16 April 2023).
7. Stasiun Geofisika Deli Serdang (Pancur Batu, Deli Serdang, Sumut): 36,2 derajat celsius (15 April 2023).
8. BMKG Wilayah II (Tangerang Selatan): 36,2 derajat celsius (15 April 2023).
9. Stasiun Klimatologi Banten (Tangerang Selatan): 36 derajat celcius (17 April 2023).
10. BMKG Wilayah II (Tangerang Selatan, Banten): 36 derajat celcius (16 April 2023).
Penyebab suhu panas di Indonesia
BMKG melalui unggahan di akun Instagramnya menjelaskan penyebab suhu panas yang dirasakan warga di sejumlah daerah di Indonesia. Menurut BMKG, salah satu faktor penyebabnya adalah dinamika atmosfer yang tidak biasa.
Suhu panas pada bulan April di wilayah Asia Selatan secara klimatologis juga dipengaruhi oleh gerak semu Matahari. Selain itu, BMKG melanjutkan, penyebab lainnya adalah dominasi monsun Australia, memasuki musim kemarau, dan intensitas maksimum radiasi matahari pada kondisi cuaca cerah dan kurangnya tutupan awan.
Tak hanya itu, tren pemanasan global, perubahan iklim, serta gelombang panas heatwave semakin berisiko berpeluang terjadi 30 kali lebih sering.
(Kompas.com)