AksaraKaltim – Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) mencatatkan kenaikan tipis menjadi 5,18% pada Agustus 2025, atau naik 0,04% poin dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Paradoksnya, jumlah pekerja formal justru mengalami penyusutan, yaitu turun 0,90% poin menjadi 56,78% dari total penduduk yang bekerja.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kalimantan Timur Yusniar Juliana menyatakan angka pengangguran kini mencapai 107.674 orang, bertambah 652 orang dari Agustus 2024. Sementara itu, penduduk yang bekerja justru berkurang 6.708 orang menjadi 1,97 juta orang.
Selain itu, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) juga mengalami penurunan signifikan. “TPAK tercatat sebesar 66,58%, turun 0,49 persen poin dibandingkan Agustus 2024,” ujarnya dalam keterangan resmi, Selasa (11/11/2025).
Artinya, dari 100 penduduk usia kerja, hanya sekitar 67 orang yang aktif secara ekonomi baik bekerja maupun mencari pekerjaan.
Di sisi lain, kesenjangan gender masih tampak mencolok dalam partisipasi kerja. TPAK laki-laki mencapai 83,14%, dan jauh melampaui TPAK perempuan yang hanya 48,72%.
Keduanya sama-sama mengalami penurunan dibanding tahun lalu, masing-masing 0,61% poin untuk laki-laki dan 0,35% poin untuk perempuan.
Selain itu, fenomena setengah pengangguran mereka yang bekerja kurang dari 35 jam per minggu dan masih mencari pekerjaan tambahan meningkat menjadi 5,66%. Angka ini naik 1,05% poin dari periode sebelumnya.
“Dan persentase pekerja paruh waktu sebesar 20,02%, naik sebesar 0,07% poin dibandingkan Agustus 2024,” ujarnya.
Pekerja paruh waktu juga mengalami kenaikan tipis menjadi 20,02%. Secara keseluruhan, seperempat dari penduduk yang bekerja (25,68%) masih tergolong pekerja tidak penuh, yaitu mereka yang jam kerjanya kurang dari 35 jam per minggu.
Dari sisi lapangan usaha, sektor Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor tetap menjadi penyerap tenaga kerja terbesar dengan kontribusi 19,05% atau 375.137 orang.
Disusul oleh sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan sebesar 17,92%, serta Pertambangan dan Penggalian sebesar 8,59%.
Namun demikian, sektor perdagangan justru mengalami penurunan penyerapan tenaga kerja terbesar, turun 0,38% poin dibanding tahun sebelumnya.
Sebaliknya, sektor Aktivitas Kesehatan Manusia dan Aktivitas Sosial mencatatkan peningkatan penyerapan tertinggi, naik 0,44% poin.
Komposisi status pekerjaan menunjukkan bahwa sebanyak 851.256 orang (43,22%) masih bekerja di sektor informal.
Angka ini meningkat 0,90% poin dari tahun lalu, sejalan dengan penurunan pekerja formal.
Yusniar menyebutkan, status buruh/karyawan/pegawai mendominasi dengan 52,84%, meski turun 1,03% poin dibanding Agustus 2024.
Menariknya, status berusaha sendiri mengalami penurunan drastis sebesar 3,12% poin, sementara kategori berusaha dibantu buruh tidak tetap justru melonjak 2,09% poin.
Hal ini mengindikasikan pergeseran pola usaha mandiri menjadi usaha yang lebih kolaboratif, meski masih dalam ranah informal.
Berdasarkan tingkat pendidikan, lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) masih mencatatkan TPT tertinggi sebesar 7,72%, meski turun 0,54% poin dari tahun sebelumnya.
Artinya, terjadi ketidaksesuaian antara keterampilan yang diajarkan di SMK dengan kebutuhan pasar kerja.
Sementara itu, TPT lulusan universitas justru meningkat signifikan sebesar 1,35% poin menjadi 6,05%. Sedangkan, TPT terendah tetap berada di kalangan tamatan SD ke bawah, yakni 2,48%.
Secara spasial, disparitas tingkat pengangguran antarwilayah di Kalimantan Timur masih cukup lebar.
Kota Bontang mencatat TPT tertinggi sebesar 6,36%, meski turun 0,70% poin dari tahun lalu. Kabupaten Mahakam Ulu memiliki TPT terendah sebesar 2,84%.
Adapun, dia menuturkan Penajam Paser Utara, wilayah ring 1 ibu kota negara (IKN), mengalami lonjakan TPT paling tajam, yaitu naik 2,21% poin menjadi 4,26%.
(Bisnis.com)






