AksaraKaltim – Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kota Bontang berencana membuat sebuah terobosan dengan mengadakan bimbingan belajar gratis di setiap kelurahan.
Wacana ini untuk mendukung Program Wajib Belajar (WAJAR) pukul 19.00 hingga 21.00 Wita agar bisa berjalan dengan efektif.
Diketahui, program tersebut salah satu program unggulan Wali Kota Neni Moerniaeni dan Wakil Wali Kota Agus Haris.
Program ini diberlakukan berdasarkan Perwali Nomor 8 tahun 2008 tentang penertiban jam wajib belajar. Berdasarkan aturan tersebut, setiap siswa wajib melakukan aktivitas belajar dengan waktu yang telah ditentukan.
Sekretaris Disdikbud Bontang, Saparudin mengatakan jika berjalan lancar kegiatan tersebut diwacanakan dimulai pada APBD perubahan 2025 atau 2026 mendatang.
Rencananya, Disdikbud Bontang menggaet mahasiswa yang baru saja lulus kuliah untuk melakukan bimbingan mengajar gratis bagi pelajar. Mengenai pembelajaran yang dilakukan nantinya tidak mesti harus pelajaran yang ada di sekolah.
“Sekarang ini kan yang harus diperkuat adalah literasi dan numerasi. Untuk pembelajaran soal kurikulum penguatannya di sekolah,“ ujar Saparudin.
Disinggung, reward atau upah bagi pengajar program bimbingan belajar di kelurahan. Saparudin menerangkan, jika hal tersebut sudah pasti ada. Namun untuk lebih pasti pihaknya akan melakukan pengecekan e-SIPD terlebih dahulu.
Sementara untuk membuktikan pengajar aktif memberikan pengajaran. Maka akan dibuktikan dengan absensi saat mereka mengajar.
Menurutnya, beberapa tahun silam pernah ada bimbingan gratis pada malam hari. Tapi konsen pengajarnya adalah guru-guru di sekolah. Sehingga konsentrasi mereka terpecah dan kurang maksimal.
Melibatkan sarjana yang baru lulus dinilai bisa lebih maksimal meningkatkan literasi numerasi peserta didik. Karena pelajaran yang diajarkan bukan pelajaran sekaku kurikulum seperti di sekolah.
“Intinya anak-anak juga tertib belajar dari pukul 19.00 Wita sampai 21.00 Wita,“ jelasnya.
Hal ini juga sebagai salah satu upaya Disdikbud Bontang mengurangi angka pengangguran. Misal dalam satu kelurahan ada lima sarjana baru. Satu orang mengajar 15 anak. Artinya ada 75 pelajar per kelurahan.
“Lebih efektif, daripada razia-razia terus. Anak-anak juga kalau tahu ada razia pasti di rumah saja. Begitu sebaliknya, mereka tahu tidak ada razia ya pasti keluyuran lagi,” pungkasnya.