AksaraKaltim – Fahlika Febyanti, remaja 16 tahun ini membuktikan bahwa dirinya berkompeten mewakili Bontang dalam ajang Musabaqoh Tilawatil Qur’an (MTQ) ke-45 tingkat Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim).
Fahlika masuk daftar 57 kafilah asal Bontang yang ikut di ajang MTQ Kaltim di Sangatta, Kutai Timur. Ia akan berpartisipasi pada kategori Tilawah Canet dan telah bertolak menuju Sangatta sejak Kamis, (10/7/2025) sore kemarin.
Anak dari pasangan Rizal dan Siti Kanifa ini menjadi satu-satunya kafilah disabilitas. Fahlika diketahui memiliki gangguan pada penglihatan dan juga mengidap penyakit autisme.
Kendati demikian, kondisi yang dimiliki tidak menyurutkan semangat Fahlika dalam berkompetisi meraih prestasi.
Siti mengatakan, putri kesayangannya ini telah mengikuti perlombaan sejak empat tahun silam. Prosesnya dimulai saat awal masuk sekolah, guru yang mendampingi Fahlika giat mengajarkannya tentang bacaan ayat-ayat Al-qur’an.
“Dari sekolahan, diputarkan ayat-ayat suci Al-Qur’an dia dengar melalui audio, gurunya intens memberikan itu,” jelas Siti kepada Aksarakaltim.id, Kamis (10/7/2025).
Siti mengaku, melihat potensi anaknya saat duduk di bangku SMP. Tentunya, sebagai orang-tua, ia mendukung penuh kemampuan yang dimiliki anaknya.
Lebih jauh, Siti mengatakan, lomba yang diikuti putrinya ini memiliki guru khusus. Pengambilan rekaman potongan surah pun ia rekam untuk kembali didengarkan pada Fahlika. Seminggu setelahnya, Fahlika mampu menghafalnya.
Cara itu dinilai efektif, mengingat Fahlika tidak bisa membaca huruf baca timbul arab (Braille) karena keterbatasan autismenya.
“Sudah waktunya belajar Braille, hanya saja karena kekurangan yang dimiliki, saya jadi susah mengarahkan dia,” ujar Siti.
Siti mengaku, Fahlika sebelumnya sering meraih juara satu di tingkat kota. Prestasi ini ia dapatkan dalam tiga tahun. Sementara saat di tingkat provinsi, Fahlika pernah mendapatkan juara tiga dan harapan satu.
Meski berhasil meraih berbagai prestasi, nyatanya masih saja ada yang meremehkan dan memandang sebelah mata pada Fahlika. Bahkan pandangan negatif itu turut datang dari orang-orang terdekatnya.
Tak hanya Fahlika, kedua orang tuanya juga turut mendapatkan pandangan negatif dari banyak orang. Mereka menuding Siti dan suaminya hanya memanfaatkan kekurangan Fahlika untuk memperoleh keuntungan.
Meskipun begitu, Siti dan suaminya memilih untuk tidak ambil pusing dengan komentar negatif orang-orang. Mereka justru memilih untuk fokus pada potensi sang anak.
“Kami bekerja paruh waktu untuk kesembuhan dan pendidikan Fahlika, karena yang mengetahui pahit manis kehidupan hanya keluarga kecil kami, bukan orang lain,” tegasnya.
Siti berharap prestasi yang berhasil diraih anaknya bisa memotivasi para orang tua yang memiliki anak istimewa untuk tidak menyerah dalam menggali potensi anak.
“Suatu saat pasti ketemu kemampuan anak itu apa, dan jangan pernah dengarin kata orang,” diakhirinya.
Sementara itu, Kepala Kantor Kementerian Agama Bontang, Muhammad Hamzah, mengatakan, keberadaan Fahlika merupakan komitmen nyata jika pihaknya memberikan ruang seluas-luasnya kepada disabilitas untuk berpartisipasi di kompetisi ini.
“Dia memang punya kelemahan di mata, tetapi daya ingatnya kuat. Tinggal mengasah kemampuan dan keahliannya saja, itu yang kami latih dan bantu,” terang Hamzah saat ditemui di Pendopo Rujab Wali Kota, Kamis (10/7/2025).
Lebih lanjut, Hamzah mengatakan, selama ini klasifikasi peserta cacat netra (canet) MTQ dari Kota Bontang tidak pernah kosong, dibanding dengan kabupaten/kota lainnya. Selain itu, peserta canet juga selalu mendapatkan pendampingan khusus selama ajang lomba berlangsung.