AksaraKaltim – Wali Kota Bontang Basri Rase menghadiri pertemuan International Energy Week 2023 (IEW’23) di Sarawak, Malaysia. Kegiatan yang berlangsung pada Selasa – Rabu, 13 – 14 Juni 2023 ini mengusung tema Transitioning Towards A Net Zero Carbon Future atau Transisi Menuju Masa Depan Net Zero Carbon.
Dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Pekan Energi Internasional itu, Wali Kota Bontang Basri Rase, mendapatkan kesempatan menyampaikan pengalaman Kota Bontang dalam membangun “Green and Resilient City” pada roundtable focus on Indonesia.
Pasalnya, Bontang sebagai kota industri dan kota pesisir menghadapi beragam ancaman bencana seperti banjir kiriman maupun banjir rob, kebakaran hutan dan lahan hingga ancaman kegagalan industri.
Basri mengatakan, bencana banjir merupakan salah satu bencana yang paling sering terjadi di Kota Bontang. Hal ini disebabkan intensitas curah hujan yang semakin tinggi beberapa tahun terakhir terutama di bagian hulu. Serta pasang air laut yang secara frekuensi sering terjadi sebagai akibat dari perubahan iklim.
“Kondisi ini memberikan tantangan serta peluang bagi Kota Bontang untuk terus berinovasi dalam membangun kota yang aman dan tangguh dengan mengembangkan aksi-aksi dan perencanaan kota, sejalan dengan visi Kota Bontang 2021-2026, yakni terwujudnya Kota Bontang yang lebih Hebat dan Beradab. Serta misi Kota Bontang yang berkelanjutan yang layak huni, cerdas dan berwawasan lingkungan melalui pemantapan ekonomi, sosial budaya,
dan infrastruktur serta pelestarian lingkungan hidup,” kata Basri.
Lebih lanjut Basri menjelaskan, bahwa sebagai bentuk komitmen pengurangan risiko bencana, dalam setiap perencanaan dan kebijakan rencana tata ruang maupun perencanaan pembangunan, Pemerintah Kota Bontang selalu mengadopsi prinsip pembangunan keberlanjutan.
Salah satu inovasi dalam mitigasi bencana adalah “Perawan RT” atau Peta Rawan Bencana berbasis RT, yang menyediakan informasi terkait lokasi rawan bencana dalam level RT serta jalur evakuasi berbasis geospasial.
“Selain upaya dan inovasi dalam mitigasi bencana, peningkatan kesadaran semua pihak terhadap bencana berbasis pentahelix (pemerintah, masyarakat, lembaga swadaya masyarakat/NGO, swasta/perusahaan, akademisi/pakar, dan media massa) juga tidak boleh dilupakan.” imbuhnya.
Diketahui, sebelumnya Wali Kota Bontang juga pernah menjadi salah satu pembicara pada forum Internasional bertajuk “Local Leaders Forum Towards Inclusive, Safe, Resilient dan Sustainable Cities Global Platform for Disaster Risk Reduction” di Bali pada 23 Mei 2022.
Selain itu Kota Bontang juga menjadi salah satu peserta mewakili Indonesia pada “Regional Workshop Training on Buiding Cities Resilience to Climate and Disaster Risk” yang berlangsung selama 4 hari di Bangkok dan diselenggarakan oleh Asian Institute of Technology (AIT). (Adv)