AksaraKaltim – Program Rumah Ibadah Ramah Anak (Mahira) belum menyentuh seluruh rumah ibadah di Kota Bontang.
Diketahui program tersebut merupakan besutan Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (DPPKB). Dimulai sejak 2019 silam dan tahun ini masuk tahun kelima.
Jabatan Fungsional Penggerak Swadaya Masyarakat Ahli Muda DPPKB, Trully Tisna menjelaskan dalam satu tahun berjalan ada dua rumah ibadah yang dijadikan percontohan Mahira. Dipaparkannya, setiap tempat ibadah memiliki progres yang berbeda.
“Mahira kan sifatnya percontohan. Jadi tergantung komitmen pengurus rumah ibadah. Setiap tempat beda-beda dinamikanya, ada yang cepat dan lainnya,” ujarnya, Senin (5/1/2024).
Bagi rumah ibadah yang progresnya baik dan menunjukkan perkembangan yang signifikan, maka pengurus rumah ibadah tersebut dijadikan motivator Mahira untuk daerah lain di Kaltim. Seperti Kutim, Kukar, Berau dan lainnya. Disesuaikan dengan keperluan masjid atau gereja masing-masing daerah.
“Pengurus rumah ibadah dari Bontang saling berbagi kisah baiklah tentang Mahira di daerah lain. Sehingga bisa memotivasi,” paparnya.
Kata dia, alasan program ini belum bisa menyentuh seluruh rumah ibadah di Bontang meski sudah masuk tahun kelima lantaran program ini sifatnya percontohan. Selain itu, mereka tidak bisa bekerja sendiri. Diperlukan kerjasama dan kolaborasi dengan Kementerian Agama (Kemenag).
Kemudian, soal konsep ramah anak. Karena tidak semua pengurus rumah ibadah bisa menerima mengenai program ramah anak. Bahkan ada yang beranggapan jika dengan adanya anak-anak di tempat ibadah justru membuat keributan.
“Setiap pengurus rumah ibadah memiliki pemikiran dan pemahaman masing-masing, dan itu tidak salah. Kami juga tidak bisa memaksakan konsep ramah anak ini kepada mereka,” jelasnya.