AksaraKaltim – Wakil Wali Kota Bontang, Agus Haris melarang keras penjualan beras premium diduga oplosan di pasaran. Sekalipun produk beras yang masih dijual tersebut merupakan stok lama.
Menurutnya alasan itu tidak dapat dibenarkan. Lantaran selama ini praktik curang tersebut telah banyak merugikan masyarakat.
“Tidak boleh (dijual). Enggak ada alasan lagi!” tegasnya kepada Aksarakaltim.id, Sabtu (19/7/2025).
Menurut AH – sapaannya, menangani kasus semacam ini tidak bisa hanya dengan memberikan imbauan semata. Namun, harus langsung mengambil langkah tegas dengan melakukan penarikan terhadap produk beras yang diduga oplosan.
“Jangan lemah dalam melakukan pengawasan, demi keamanan bersama,” sebutnya.
Lebih jauh, kata AH, dalam waktu dekat dirinya akan turun ke lapangan untuk meminta penghentian sementara penjualan produk beras yang diduga oplosan. Nantinya, jika ditemukan adanya pedagang yang masih bersikeras menjual produk tersebut, pihaknya akan bertindak tegas.
“Terpaksa kami tutup jualannya kalau masih beralasan habisin stok,” ujarnya.
Diberitakan sebelumnya, tim gabungan dari Dinas Ketahanan Pangan, Perikanan dan Pertanian (DKP3), Satgas Pangan dan Unit Tipidter Polres Bontang menemukan dua merek beras premium yang diduga oplosan masih dijual bebas di pasaran.
Merek beras premium tersebut yakni Fortune dan Sania. Keduanya merupakan produk beras yang diproduksi oleh Wilmar Group.
Temuan itu berdasarkan hasil monitoring ke sejumlah wilayah di Bontang, Jumat (18/7/2025). Meliputi wilayah Tanjung Laut, Tanjung Laut Indah, Belimbing dan Api-Api.
Analis Ketahanan Pangan DKP3 Bontang, Aniah, mengatakan berdasarkan pengakuan para pedagang yang ditemui, merek beras yang masih beredar tersebut merupakan stok lama yang belum habis terjual.
“Itu stok lama. Pedagang ambil ke gudang sebelum isu beras oplosan keluar,” terangnya.
Aniah menjelaskan, meskipun saat ini pedagang hanya menghabiskan stok yang ada, namun para pedagang tetap diimbau untuk tidak melakukan order ulang terhadap merek-merek beras tersebut, sampai dinyatakan aman untuk diperjualbelikan kembali.
“Kami mengarahkan untuk menjual beras bersubsidi yakni beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP),” ujarnya.
(Manda Wulandari)