AksaraKaltim – Rute pelayaran baru Bontang-Mamuju kembali menemui kendala. Kali ini, kendala tersebut disebabkan oleh ukuran pelabuhan Mamuju yang tidak memungkinkan bagi kapal cepat, seperti Jetliner milik PT Pelayaran Nasional Indonesia (Pelni) untuk bersandar di sana.
Diketahui, ukuran kapal cepat tersebut hampir sama dengan KM Binaiya yang memiliki ukuran 99,80 meter dengan lebar 18 meter dan tinggi 35 meter.
“Dermaga di Mamuju cuma 60 meter. Jadi untuk kapal besar agak susah,” sebut Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Bontang, Ahmad Suharto.
Kemungkinan, kata Ahmad Suharto, untuk Bontang-Mamuju akan menggunakan kapal perintis dari PT Pelni. Tetapi, dirinya belum mengetahui persis jenis kapal perintis apa yang akan masuk.
“Belum tahu perintis (kapal) apa dipakai, karena posisi kita (Bontang) kan meminta ini, jadi hanya bisa menunggu,” katanya.
Selain itu diungkapkannya, ada pihak swasta yang melirik rute pelayaran baru di Kota Bontang. Pihak swasta tersebut akan lebih dulu memastikan seperti apa kondisi Pelabuhan Lok Tuan. Namun demikian, Ahmad Suharto tidak menjelaskan secara detail siapa pihak swasta yang dimaksud.
“Jadi ada dua opsi sejauh ini. Pelni mau lihat dulu kapal yang pas seperti apa, dan kalau dari swasta juga ada yang tertarik,” ujarnya.
Sementara itu, Koordinator PT Pelayaran Nasional Indonesia (Pelni) Samarinda-Bontang, Syarif Hidayat menambahkan, dari Dirlala masih akan memastikan lebih dulu kapal perintis apa yang akan dipakai dan melihat apakah ada kapal cadangan.
Setelah mendapat kepastian, barulah usulan rute Bontang-Palu-Mamuju-Karongkong ditetapkan.
“Pembahasan kemarin rapat virtual sama Pelni pusat, Dirlala dan Dishub Bontang baru sebatas kapal perintis,” sebutnya.
Diakuinya, sebelum adanya usulan masuknya kapal perintis, nama kapal Jetliner sempat mencuat untuk Bontang.
Namun, sampai sekarang kapal Jetliner masih beroperasi di Indonesia Timur.
Nantinya, apabila rute baru Bontang-Mamuju disetujui, PT Pelni dan Dirlala meminta Kota Bontang sebagai tuan rumah menyediakan Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi bagi kapal perintis untuk rute tersebut.

 
							 
                    




